Berbicara tentang mental tidak hanya berfokus pada penyakit kejiwaan. Dahulu pandangan seseorang tentang kesehatan mental memang terlalu sempit dan hanya dikaitkan pada persoalan gangguan jiwa saja. Namun, seiring berjalannya waktu, masyarakat mulai menyadari bahwa berbicara mental berarti berbicara keseleruhan rohani seseorang atau psikologinya. Mental yang sehat terindikasi dari perilaku yang positif, seperti semangat, mampu bersosial dengan apik dan mampu menempatkan diri.
Usia anak-anak adalah usia yang sangat penting. Masa anak seperti masa fondasi, kuatkah atau rapuhkah? Ada banyak faktor yang mempengaruhi. Lingkungan adalah salah satu faktor yang penting. Lingkungan yang kondusif akan melahirkan generasi yang lebih baik. Penelitian bahkan telah membuktikan bahwa rumah yang diisi dengan ketenangan, berbagi kasih sayang dan pengertian mampu menghasilkan generasi yang matang dan siap menghadapi kehidupan. Sementara anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang misalnya saja tidak peduli pada lingkungan, maka begitulah dia akan bertindak. Anak adalah tabula rasa yang sangat ahli dalam melakukan duplikasi. Orang tua, lingkungan dan sekolah menjadi tiga pilar penting yang turut bertanggung jawab.
Ada banyak hal yang harus diperhatikan untuk membentuk mental yang sehat bagi anak, diantaranya adalah penanaman nilai-nilai agama. Agama mengajarkan rasa saling berkasih sayang, bertawakal pada Tuhan yang artinya percaya bahwa apapun yang terjadi adalah dari Tuhan dan Tuhan pula yang akan menyelesaikannya, berusaha keras dan tentunya bentuk pengabdian pada Tuhan dengan sholat (sembahyang). Melalui sholat (sembahyang), setidaknya manusia meluangkan waktunya untuk tenang, berkomunikasi dengan Tuhannya, mengeluarkan tekanan demi tekanan yang mengendap dan menjadi lebih tenang, lebih fokus dan stabil.
Agama adalah kebutuhan bagi anak untuk menyokong kesehatan mental hingga akhirnya menjadi manusia yang madani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar