Laman

Rabu, 22 Oktober 2014

Ilmu Mendidik Anak

Suatu hari, tepat satu hari pasca pertemuan dua keluarga (aku dan calon suamiku), aku mengobrol dengan calon ibu mertuaku. Usianya hampir setengah abad. Banyak kisah suka duka kehidupan yang telah dirasakannya. Mulai dari membangun pernikahan dari keterbatasan materi, mengubah suami yang rokok holic menjadi sama sekali tidak merokok serta kisah perjuangan membesarkan empat buah hati. Semua memori yang tersimpan begitu rapi. Ibu, sapaan yang kugunakan, begitu detil memahami karakter anaknya.

Anak memang titipan Allah. Setiap kita lahir dengan setting program darinya atau takdir, karakter bawaan yang menjadi hak Allah. Secara alami anak akan bertindak sesuai dengan apa yang sudah ditakdirkan baginya. Sebagian anak begitu lincah, gesit kemana kemari bahkan kerap lepas dari rombongan keluarga saat piknik. Sebagian anak yang lain begitu penakut, khawatir dengan orang-orang disekitarnya. Sebagian ada pula yang begitu cerdas sangat tanggap dan memiliki daya ingat yang luar biasa. Sebagian yang lain begini dan begitu dan seterusnya.... Tidak ada satu pun yang sama. Tidak ada satu pun pula yang salah dengan semua perbedaan itu.

Menjadi orang tua bagi anak, terutama ibu adalah seperti melahirkan cita-cita yang sangat menggairahkan dan sangat potensial untuk diwujudkan. Satu hal yang selalu akan dilakukan adalah memberikan yang terbaik. Kesadaran bahwa setiap anak memang sudah seharusnya berbeda perlu dipahami setiap orang tua agar treatment yang kemudian diberikan sesuai dengan kebutuhan anak untuk mengembangkan dirinya.

Memberi yang terbaik tidaklah semudah kedengarannya. Semua itu membutuhkan proses. Misalnya saja jika kita menghadapi anak yang penakut, yang selalu tidak percaya dengan lingkungan sekitarnya. Berilah dia pelatihan untuk berani tampil, mencontohkan cara bersosialisasi yang baik dan jangan salahkan anak jika dia takut. Itu wajar, sekali lagi mereka tidak merancang karakter bawaan mereka sendiri tetapi semua itu rahasiaNya. Luangkanlah waktu untuk menggali dimana bakat anak. Gali dan terus gali apa bakat dan minatnya. Setelah itu cari tempat dimana dia bisa menunjukkan kemampuannya di depan umum. Tentu saja anak penakut akan tetap takut tapi mereka butuh diyakinkan bahwa orang lain aman dan tidak akan menyakitinya. Sedikit memaksa dengan imbalan bila anak berhasil menyelesaikan tantangan sesuai kesepakatan antara orang tua dan anak. Lakukan hal itu dengan sabar, pelan-pelan anak akan mengerti cara beradaptasi dan seiring waktu akan menjadi anak yang berani.

(Isi adalah sebagian dari nasihat ibu Amin Wahyuni.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar