Laman

Kamis, 28 Agustus 2014

Adilkah Surga dan Neraka???

Tulisan ini sedikit banyak adalah hasil akumulasi dari teori-teori yang sebelumnya pernah dibahas oleh tokoh dan buku yang berbeda. Saya menulis ini karena teringat pertanyaan salah saya pada diri sendiri pada masa yang lalu tentang kenapa Tuhan membuat takdir kepada manusia? Tuhan kan maha bisa, apapun yang dikehendaki bisa dia lakukan termasuk mengolah bumi sekalipun tanpa manusia? Bukannya sudah ada malaikat yang sangat patuh pada setiap kehendaknya. Jika dilogika, bukankah malaikat yang tak berhawa nafsu akan lebih baik dalam mengolah bumi dan beribadah? Lalu, setelah manusia diciptakan, kemudian diberi takdir dan sebagainya dan pada akhirnya harus dimintai pertanggungjawaban, bukankah itu terdengar mengerikan dan tidak adil? Padahal Tuhan itu Maha Adil. Lalu kenapa? Intinya saya pernah terjebak dalam pertanyaan kenapa saya hidup dan saya bertanggungjawab pada takdir yang tidak pernah saya merasa menghendaki keberadaan saya sendiri. Adakah di antara kalian yang memiliki pemikiran yang sama? Saya kira hal itu wajar dan pasti terlintas di benak manusia yang berfikir.
Manusia adalah makhluk yang sempurna. Dalam Alqur'an, Allah sering kali berkomunikasi dan melakukan semacam dialog dengan nabi rasulnya. Padahal kita tahu Allah, Maha Tahu. Dia yang menciptakan manusia lengkap dengan set perasaan dan pikirannya. Orang tua sama sekali tidak bisa mengubah sedikitpun apa yang akan terjadi pada anaknya. Lalu kenapa? Kenapa Allah juga membiarkan sebagian manusia berlaku sangat dzalim pada manusia yang lain dan sebagian dari mereka diberi umur yang panjang. Hingga ketika dia tidak bertaubat dia akan berakhir di neraka, abadi. Kenapa? Kenapa Allah tidak memaksa manusia untuk menjadi manusia yang baik semua dan masuk surga semua? Saya coba berfikir ulang tentang ini (tentu banyak sekali kelirunya karena hanya berdasarkan simpulan pikiran sendiri dari hasil akumulasi sedikit pengetahuan). Manusia adalah makhluk yang diciptakan dan dianugerahi kehendak. Manusia hidup dan memilih jalannya masing-masing oleh karenanya dia dikenai tanggung jawab. Apapun yang dilakukan manusia adalah atas dasar pilihan-pilihannya sendiri. Allah hanya mengeksiskannya melalui batasan ruang dan waktu untuk mengerjakan sebuah tugas yaitu mengolah bumi yang juga ciptaannya dengan hak-hak bumi. Manusia adalah subjek yang mengolah dirinya dari bahan mentah yang Allah berikan. Olahannya lah yang akan dikenai hukum.
Seorang kawan pernah mempermasalahkan tentang bagaimana dengan mereka yang non-islam? Mereka hidup hanya untuk masuk neraka. Tapi kawan, manusia yang membuat simbol. Allah Maha Tahu, sangat mudah baginya untuk menerjemahkan maksud dari simbol itu. Jika saja yang dia tuju adalah Tuhannya dengan asma apapun dia menyebutnya tentu akan diketahui olehNya. Jika memang Rabb yang dia sembah, maka bagaimana pun sholatnya tentu Dia akan mengetahuinya. Dia Maha Pemaaf, memaafkan lupa, keliru dan terpaksa. Bisa jadi orang muslim yang merasa benar karena sholat, dia sebenarnya tidak menuju padaNya. Kemudian dia sesuka hati menghakimi neraka untuk orang lain. Tidak, itu salah. sholat adalah ritual yang terbaik dan sempurna bagi fisik tetapi hati yang benar-benar sholat lah yang sholat. Sebab manusia terbatas oleh fakta-fakta yang membatasi kehendaknya yang bebas, oleh karenanya Allah yang Maha Sempurna memberikan jalan untuk menyembahNya dengan gerakan sholat. 


NB : ini hanya argumen. Jangan salahkan cara berfikir manusia karena prosesnya dinamis dan hasilnya belum tentu benar. Maka semoga Tuhanku, memberikan petunjukNya sehingga kehendak kita berada pada jalanNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar