Laman

Selasa, 26 Agustus 2014

Hobi minta like dan share? = Degradasi Nalar dan Moral

Pernah nggak sih kalian ditag di sebuah artikel atau dapat broadcast yang isinya bisa bermacam-macam misalnya saja tentang ketidakadilan yang menimpa sahabat-sahabat palestina atau tentang kisah sepasang kekasih yang mengharu biru atau barang kali tentang utang yang sukses dibayar kali yah. Pokoknya sesuatu artikel yang di ujungnya kemudian dihimbau untuk share atau like atau broadcast ke semua kontak yah atau apa gitu. Kalau nggak broadcast kamu dianggap nggak peduli. Heran banget dengan perkembangan nalar masyarakat terutama kaum muda. Terus karena merasa ih ini baik, islami banget, like ahh.. Terima kasih ukhti, terima kasih akhi. It's not funny at all, guys. Sharenya nggak masalah selagi fakta tetapi akhir artikelnya itu nggak lucu.

Pernah juga suatu ketika seseorang yang merasa agamis memposting artikel tentang cabe-cabean atau jilboob dengan disertai gambar tanpa sensor. Ini apa? Begitu mudah kita menghina hanya untuk dapat like dan share? Kemudian mengtagkan artikel tersebut ke semua kontak teman? Itu kan suatu penghinaan. Begitu kah Islam? Begitu kah polah seorang ustadz atau ustadzah? Kalau pun mau membuat artikel yang sifatnya katarsisan begitu, ya sebaiknya jangan ditambah link lah. Sebagai perempuan dan manusia rasanya malu dan miris. Ingat, sombong adalah pakaian Allah. Jangan berani-berani merasa lebih baik dari orang lain sehingga berhak menjudge seseorang dengan foto padahal yakin mereka yang memposting kebanyakan cuma ikut-ikutan. Semua orang punya kelebihan dan kekurangan, hanya karena kita diberi kebaikan dan keindahan fisik menurut mereka yang melihat jangan jumawa, it's not yours. Hanya karena kita diberi sedikit IQ yang lebih baik jangan sombong. Apalagi menjelek-jelekan orang yang kita sendiri tidak kenal. Bagaimana kalau Allah bongkar aib kita semudah kita mengklik share artikel yang isinya menghina orang lain dengan melampirkan foto. Allah Maha Membalas.

Like dan share atau memposting sebuah artikel apapun itu adalah memang hak. tetapi seperti dalam kehidupan dunia nyata kita tidak bisa sesukanya. Analoginya, ketika kita meminta pertemanan atau menerima pertemanan itu berarti kita sudah saling "oke, kita menghargai hak masing-masing yah. Termasuk hak untuk tidak merasa kesal." :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar