Laman

Rabu, 12 November 2014

Siapa orang paling pelit sedunia?

Kritik untuk kau dan aku! Terutama aku sendiri.

Hasil pemikiran ini sudah pernah saya keluhkan ke facebook dan sudah lama sekali tinggal di benak ayu remaja awal (ternyata aku sudah dewasa awal menurut aturan biologi nih -_-). Semua berawal dari rasa lelah untuk berbagi jawaban saat ulangan. Sekolah yang seperti pabrik pencetak generasi miskin kreasi dan yang jelas gak rasional. Paham kenapa nggak rasional? Kebanyakan dari mereka itu super aneh bin ajaib (nggak semua). Bayangkan saja, apa yang mereka katakan ketika temannya enggan memberikan jawaban? PELIT!

Contoh sejenis yang gampang sekali kita jumpai adalah fenomena pengemis. Ketika kita enggan memberikan receh dengan alasan-alasan yang tujuannya baik, mereka memandang kita orang pelit. Banyak sekali contoh sejenis yang bisa kita temukan. Ada apa ini?

Hai teman-teman manusia dan juga aku sendiri yang lahir di generasi modern, jangan terlalu konvensional lah. Coba dipikir, siapa yang sebenarnya pelit? Kalian yang mengatakan orang lain pelit lah yang sebenar-benarnya pelit. Masih bertanya kenapa? Coba fikirkan, untuk kebutuhan diri kalian sendiri yang jelas buanget kalian bisa lakukan kalian tidak mengusahakannya sedikit pun tetapi memaksa orang lain menyumbangkannya dengan cuma-cuma untuk kalian. Hei, ada kewajiban apa sehingga orang tersebut harus menjadi budak kita? Kita belajar tidak untuk orang lain, melainkan untuk diri sendiri. Kalau berbuat untuk diri sendiri saja enggan apa namanya kalau bukan kita sebenarnya sangat pelit pada diri sendiri? Kalau tidak mau dermawan pada orang lain, minimal dermawan pada diri sendiri walaupun orang yang sebenar-benarnya dermawan pada diri sendiri pasti dijamin dia akan dermawan pada orang lain.

Masih berani menyimpan kosa kata pelit di otak, Ayu? Hehehee...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar