Leksikon duniaku. Semua tentang aku. Sharing sekelumit imajinasi dan sedikit ilmu. Very me lexicon, salah satu tempat aku menjadi aku tanpa perlu ragu.
Sabtu, 16 Agustus 2014
Pesan Cinta
Jum’at pagi ini ada yang tak biasa dengan hari-hariku, bukan karena hari ini aku berulang tahun, bahkan aku termasuk gadis remaja yang tak begitu tertarik dengan acara-acara pesta, hura-hura atau apalah…. Bagiku hal itu hanya sebuah pemborosan yang tak beralasan. Bagiku, acara ulang tahun cukup dirayakan dengan bersedekah kepada mereka yang membutuhkan… dan hal itu lebih membahagiakanku melihat mereka begitu tulus bersyukur… Sungguh kenikmatan yang tak tergantikan dengan apapun.
Surat kaleng beramplop biru.. dengan bertuliskan
Untuk gadis yang mencuri kesadaranku
Dari : musafir Cinta
Tak ingin berlama-lama penasaran aku pun membukanya,
Assalumu’alaiki warahmatullahi wabarrokatuh…….
Wahai gadis yang tengah membaca suratku ini…
Semoga engkau selalu dalam lindungan Allah, Tuhan kita semua
Ukhti, kita memang tak pernah saling mengenal.. tapi perlu ukhti ketahui kita sering berjumpa, Aku pun sering melihat ukhti.. hingga tak kusadari ukhti sering masuk dalam mimpi-mimpi indahku
Maafkanlah atas kelancangan saya ini, tapi Demi Allah… aku hanya ingin ukhti tau hidup saya menjadi berubah, ada yang berbeda ketika saya melihat ukhti. Sesungguhnya ini kali pertama saya merasakan kedamaian yang tak terungkapkan ketika melihat ukhti.
Sekali lagi tolong maafkan saya.. Jujur saya begitu takut akan perasaan ini, bukan karena suatu apa, melainkaan barang kali Dia yang mencipta memandang ini sebagai suatu dosa. Asytaghfirullahal ‘adzim….
Di penghujung suratku kali ini, ku ucapkan selamat berulang tahun yang ke-25, semoga ukhti tetap dalam rahmatNya. Amien…….
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuuhu
Ya, Allah……. Baru kali ini hatiku bergetar membaca surat dari seseorang, yang sungguh tak kukenal. Tapi mengapa pemuda ini tak mengatakan identitasnya, mungkinkah dia adalah salah satu penghuni panti asuhan Ar-rahman yang sering ku datangi itu. Tapi yang mana, dan bagaimana caranya aku membalas surat ini…….
Malam itu, menjelang tidur aku terus-menerus membaca surat itu, seolah-olah surat itu adalah risalah yang telah lama aku tunggu.
Diary ku……….
Tahukah kau, malam ini jiwaku terus mengembara, hingga terasa jauh entah dimana! Kali ini aku tak dapat berfikir, penyakit apa ini? Bukankah ini bukan kali pertama aku mendapatkan surat dari seorang pemuda…..
1 bulan kemudian………
Pagi itu seperti biasa, aku terbangun mendengar panggilan kegaiban menuju rumahNya nan agung. Aku melaksanakan aktifitasku sesuai jadwal, pagi ini usai sembahyang aku berolahraga kemudian menyirami bunga-bunga indah titipanNya. Aku merasa bunga-bungaku selalu membacakan puisi-puisi indah kepadaku, ketika aku menyapanya dengan cucuran air yang sungguh kutuangkan dengan tulus hati.
Tapi, ada yang ganjil dengan senyum bunga-bungaku, aku melihat sebuah amplop tergantung indah dengan tali merah jambu disela tangkai anggrek merpati.
“mungkinkah itu darinya”, batinku
Sahabatku , aisyah
Assalamu’alaikum w.w.
Pesona kasih yang bercerita
Dan segala rugi derita
Entah mengapa tak terhirau lagi
Aku tak tahu,…
Ridokah Dia pada lalaiku
Menyemikan cinta yang lain
Di alas jiwa pertama
Ukhti,jika engkau bersedia membalas.. gantungkanlah saja risalahmu pada tangkai anggrek merpatimu nan elok…
Siapa penulis surat misterius ini, tidakkah lebih baik jika berkenalan secara langsung…
Kali ini aku benar-benar harus terburu-buru berangkat mengajar TK Mentari. aku yakin anak-anak pasti telah menanti kedatanganku…
Sapaan pertama, kubuka dengan seulas senyum, seperti biasa kelasku gaduh..
“Assalamu’alaikum..., anak-anak.....,”(selamat pagi)
‘Wa’alaikum salam....’
“Anak-anak yang manis pagi ini sesuai janji ibu kemarin, kita akan membahas tentang pentas seni.. dan ibu juga mengumumkan bahwa kelas kita di percaya untuk menampilkan drama pada acara “ulang tahun kota“
Aku begitu senang melihat mereka begitu bersemangat...
Aku berjanji pada diriku, aku akan membuatkan drama terbaikku untuk mereka
Tak terasa, waktu berlalu begitu cepat,..
Malam itu, ku ambil kertas surat tapi aku tak tahu apa yang ingin kutulis dengan kertas ini... sedikit demi sedikit kukumpulkan tenagaku untuk mencoba menuliskan sesuatu
Singkat cerita, hari-hari ku lalui dengan berbagai kesibukan.. melatih anak-anak drama, kuliah, kursus bahasa arab, mengikuti pengajian, berkumpul dengan temen-temanku… tapi aku tetap bahagia mesti terkadang aku kualahan.. biasanya pada sela-sela kesibukan itulah aku teringat orang tuaku dan adikku fatimah.
Selain itu, kini perisalah misterius sering mengirimi aku surat, hingga tak terasa aku terhanyut oleh tutur indahnya, Ya Allah… maafkanku menduakan cintamu!
Hmm.. mudah-mudahan mereka dalam keadaan sehat.
Hari pementasan drama tak terasa sudah begitu dekat waktunya. Ya, tinggal 1 minggu lagi.. gedung itu tampak begitu menarik kali ini.
“pos,pos....“
Seorang pria dengan senyumnya yang ramah tapi juga menggambarkan kelelahan memberikan surat kepadaku
Anakku, Aisyah
Assalamu’alaikum w.w.
Ais, kali ini abah dan umi kirimkan kepada mu sebuah risalah. Hal ini dikarenakan kami begitu merindukanmu, kami juga kabarkan padamu bahwa dindamu Fatimah berhasil menjadi juara umum di sekolahnya. Rencananya, dia akan mencari beasiswa untuk melanjutkan ke universitas di Jerman. Sungguh, kami begitu bangga pada putri-putri kami, terima kasih Ya Allah kau telah titipkan pada kami anak-anak yang menggembirakan hati, semoga hidup kalian putri-putriku selalu diberkati oleh Allah semata.
Aisyah, janganlah engkau bersukar hati untuk mendengar apa yang akan orang tuamu ini katakan padamu. Ais, suatu malam datang seorang pemuda beserta keluarganya. Maksud mereka teramat mulia, mereka ingin menyambung hubungan persaudaraan bersama. Mereka datang, untuk melamarmu.. anakku. Sejujurnya, kami belum memutuskan perkara ini, sebab kami tak ingin engkau menderita akan keputusan kami.
Putriku, mereka akan datang lagi minggu depan untuk berkenalan denganmu. Pemuda itu anak sahabat ayahmu, sedari kecil. Dia bernama M.H. Tanzil.
Pulanglah Aisyah, bagaimanapun keputusanmu nanti, kami percaya itu yang terbaik.
Wassalamu’alaikum W.W.
Abi - Umi
Tak terasa air mataku menetes, tapi aku tak tahu apa sebabnya. Ya Allah, apa yang harus aku lakukan. Seketika itu aku teringat ustadzah Lutfiyah. Lalu kuputuskan untuk menemuinya.
Sesampai di ponpes Nur Dhuha, aku menunggu ustadzah Lutfiyah selesai mengajar. Seulas senyum penuh keikhlasan menyambutku dalam. Aku ceritakan segala permasalahanku itu pada beliau, tetapi tidak mengenai surat-surat kaleng itu. Jawaban darinya begitu singkat dan mengagumkan, dia menyarankanku untuk sholat istikharah sekaligus berpuasa, dan mendengarkan kata hatiku, karena hatilah yang tidak pernah berbohong pada kita.
2 hari lagi, Ya Allah.. esok aku akan berangkat ke Solo. Tapi, bagaimana dengan penulis surat rahasia itu, bagaimana aku bisa jatuh cinta pada orang yang tidak kukenal.
“Aisyah...“, teguran temanku Nuri mengembalikanku dari lamunanku
“Kenapa ukhti, melamun terus dari tadi... Eh,gimana persiapan anak-anak didikmu buat lusa?“
“Ri, aku minta tolong kamu untuk menggantikanku melatih dan menemani mereka saat pentas, aku harus ke Solo ada urusan keluarga Ri. Tolong ya..!“
“Ada apa sih syah, kalo kamu tidak keberatan kamu boleh cerita sama aku, mudah-mudahan aku bisa meringankan beban kamu“
“Ah, nuri.. terima kasih. Sebenarnya, aku pulang karena ada pemuda yang melamarku“
“Oh ya, selamat ya!tetanggamu ya?, atau teman lama?“
“Aku tidak mengenalnya Ri“
“maksud kamu, dijodohkan?“
“Tidak“
“Lalu, apa keputusan kamu,Syah. Aku rasa mungkin ini jalan dari Allah, habisnya kamu tidak berani pacaran sih“
“Bukan begitu Nur, syafaat dan rahmatNya terlalu berharga untuk ditukar dengan cinta semu. Aku sungguh-sungguh takut menyesal nanti“
“Aku mesti banyak belajar dari kamu Syah. Kalau begitu, kamu akan menerima dia Syah?“
“Aku masih ragu“
“Ragu karena apa?“
“Karena sebuah risalah cinta“
“Maksudmu?“
“Dia mengirimi aku surat tentang cinta, melalui mimpi dan kesadaranku.“
“Aku masih tidak mengerti..“
“Sudahlah ukhti tidak perlu difikir terlalu, terima kasih ya!“
“Kembali kasih, Aisyah...“
“maaf, aku harus pulang untuk berkemas. Assalamu’alaikum W.W.“
“Wa’alaikumussalam W.W.“
Sesampaiku di rumah, aku melihat amplop tergeletak di depan pintu rumah, senyumku pun mengembang, darinya.. bisik batinku
Aisyah,
Assalamu’alaikum W.W.
Aisyah, kapan terhentinya surat ini sungguh aku tak tahu. Maafkanlah aku jika suratku ini teramat mengganggumu.Mungkin kau bertanya, mengapa aku tidak menemuimu saja, sehingga kau tahu siapa aku.Tidak sekarang Aisyah, tapi suatu hari nanti pasti aku datang, Aisyah, lihatlah langit di atas sana... begitu mengagumkan bukan, tapi itu fana bagiku. Kaulah keindahan dunia yang sebenarnya bagiku
Terima kasih telah berkenan membaca surat-suratku
Wassalamu’alaikum W.W.
Maafkan aku akhi, tapi sungguh kau terlambat. Aku tak mungkin menunggu yang tak pasti.
Kuambil semua surat-surat cinta, lalu kuletakkan disampingku sementara aku sholat istikharah... Dan, aku putuskan untuk pergi ke Solo pagi itu.
Sepanjang perjalanan pemandangan terasa hambar bagi segenap atma yang gelisah, aku terus terpatri dalam lamunan-lamunan yang tak kutahu.
Bismillahirrahmanirrahim...
Sebutku dalam-dalam ketika ku lihat rumahku. Tempatku bermanja dulu.
“Assalamu’alaikum..W.W“
“Wa’alaikumussalam ka Ais, ka... mana hadiah untukku.. aku kan mendapat juara umum lagi..“
“Imah, kakakmu baru saja sampai sudah kau ganggu begitu. Aisyah, Abi senang kau dapat mengambil keputusan secara bijak. Apa pekerjaanmu terganggu Aisyah?“
“Tidak Abi,umi.., Alhamdulillah semua pekerjaanku lancar“
„“ka Ais, Ich sehne dich an, Meine nacht ist schwarz ohne deine laufen“
„“Ich auch fatimah, ich sehr sehr stolz mit du..“
„“danke sehr“
Malam yang bernyanyi dengan kesunyiannya... menggetarkan sanubariku, syukur dalam ku ucapkan atas segala riski yang telah Allah berikan padaku. Tetes harapan mengalir membasah kedua wajah ini, ingatanku masih tentang risalah cinta... Ditengah doaku saat sholat hajat ku mohonkan padaNya untuk memberikan segala jalan terbaik bagiku. Dan apapun yang terjadi ku yakini itu pilihanMu, Tuhan,...
Hari itu tiba,6 jam lagi keputusan penting harus ku ambil untuk hidupku. Tahukah dinding rumahku akan keresahanku, dinding tempatku menuliskan segala keinginanku di masa kecil dengan huruf-huruf yang begitu khas,
5 jam lagi, batinku semakin tak tentram ku rasa, Ya Allah berikan aku petunjukMu, berikan aku petunjukmu, berikan aku, berikan Ya Rabbii..
“Ya Allah, perisalah itu pasti jujur, dan dia menungguku…” batinku berbisik,
“Aku harus pergi, aku harus, harus”
Sesegera mungkin ku ambil tas tangan yang tergeletak di meja tulis..
Umi abi, maafkan aku. Tapi ini keputusanku. Maafkan atas ketidaksopananku, tapi aku tak berani menghadapip ini.. maafkan aku atas kelemahanku, demikian ku tulis permohonan maaf atas kedurhakaanku.
“aku akan kembali ke jogja… aku harus meihat anak-anakku bermain, sesaat aku teringat pada mereka anak-anak yang sudah ku anggap anakku sendiri, dan sesungguhnya aku ingin mencari “dia”,
Laksana tak sadar, kaki melangkah.. meski ku tahu ini tak sewajarnya terjadi. Aku telah berdosa, maafkan aku.
Bisku telah sampai di yogya, langkahku pasti tertuju ke sebuah gedung tempat anak-anakku pentas. Mungkin giliran mereka telah tiba, tapi aku ingin menemui mereka, walau hanya berucap selamat.
Tak ku sangka umi abi telah berkali-kali mencoba menhubungiku, dan sebuah pesan jelas tertulis
Aisyah, ada apa? Suka ataupun tidak, engkau tetap tak boleh berlaku demikian. Ya Allah, mudah-mudahan engkau terampuni. Kami bersama keluarga mereka tengah daalam perjalanan untuk menemuimu. Kami cemas akan engkau. Katakan dimana kau sekarrangn?
Aku tak ingin bersembunyi, lalu kuceritakan keberadaanku walau tanpa alasanku meninggalkan rumah. Meskipun ku tahu mereka akan datang dan aku harus menghadapinya.
“Ais, kenapa disini”
“nuri.., “
“bukankah seharusnya kau..“
„“aku tidak tahu nuri, tapi ku anggap ini keputusanku“
„“maksudmu“
Dan semuanya ku ceritakan kepada sahabatku nuri.. Jelas kulihat ketidakpercayaan nuri atas tindaakan yaaang kulakukan. Tapi sekali lagi inilah keputusan, dan adakalanya keputusan tak harus beralasan logis.
„’sudahlah, bagaimana dengan anak-anak?”, tanyaku mencoba mengenakkan suasana.
„“mereka tampil dengan sangat bagus“
„“Alhamdulillah“
„“dan ku rasa sebentar lagi acara akan segera selesai“
„’Ais... orangtuamu“
Aku tak dapat berkata-kata lagi, mereka benar-benar datang dan aku merasa begitu bersalah tak mengindahkan keramahan mereka. Tapi mengapa tidak ada seorang pemuda pun bersama mereka
„“umi abi, maafkan aku, dan aku sungguh merasa bersalah pada keluarga anda yang telah begitu baik niatnya padaku..“
„“tak apa Ais, jika aku tak bisa menjadi ibumu jadikanlah aku sebagai bibimu, maukah engkau?“
„“tentu“
Lalu...
Ku dengar suara pria dengan pengeras suara menyebut namaku dan.. berkata,
Sahabatku , aisyah
Assalamu’alaikum w.w.
Pesona kasih yang bercerita
Dan segala rugi derita
Entah mengapa tak terhirau lagi
Aku tak tahu,…
Ridokah Dia pada lalaiku
Menyemikan cinta yang lain
Di alas jiwa pertama
“perisalah itu..”
“Aisyah dialah anak kami yang mengagumimu”
“Ya Allah”
Senyumku pun mengembang berbalas dengan senyum indahnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar